Jumat, 18 Agustus 2017

KEDAI BUKU TERAS RUMAH KAMI

Cita cita banget ngga sih punya kedai buku bekas?
Oh iya, karena dulu saya pernah usaha seperti ini.
Senaaaaang rasanya. 
Saat itu kelas 6 SD. Iya masih kelas 6 Sd kerja sama dengan tetangga terpisahkan pagar tinggi.
Usaha ini kami kerjakan didepan rumah teman saya tersebut. Padahal untuk bisa kerumah nya saya harus memanjat tembok tinggi lho (tembok tinggi pemisah kampung kami). Dan saya melakukannya setiap hari sepulang sekolah sampai sore menjelang magrib. Kadang melewatkan makan siang. 
Sesuatu yang dikerjakan dengans senang hati memang bikin kita bisa lupa segalanya ya, termasuk makan siang itu. Huhuhu... Akibatnya beberapa bulan setelah itu saya terkena penyakit magh lumayaaan...
Penyakitnya skip dulu ya yaa...
Jadi bisnis ini cieee bisnis lhooo...hehehe. Lha mau bilang apa emang bisnis koq, ada perputaran uang disana.
Kami memulai dengan mengumpulkan beberapa buku bekas dan majalah bekas yang kami miliki seadanya. Lalu kami menata di teras rumah teman saya dengan menyebutkan disewakan ....
Berbekal dari uang sewa yang kami dapat dan uang jajan yang kami tabung, kami mulai bisa beli majalah bekas lagi ke pasar. Kami membeli majalah bekas di lapak buku bekas di pasar Pondok labu (dekat rumah kami) tinggal menyebrang.
Lalu majalah dan buku bekas yang kami beli tersebut kami jajakan lagi menambah koleksi majalah dan buku-buku bekas kami.
Terus begitu makin bertambah koleksi tapi beberapa berkurang lagi karena ada yang dibeli dan ada yang dipinjam tidak dikembalikan.
Maklum saja yang menyewa bahkan bukan hanya teman2 kami seumuran tetapi beberapa mahasiswa yang kost dekat rumah teman saya.
Siapa yang berani melawan dengan kakak kakak mahasiswa?....kami baru kelas 6 SD, orang tua saya kerja orang tua teman saya berjualan dipasar.
Kami benar benar pejuang anak2 saat itu. Hehehehe (ngaku)
Kalau diingat ingat, hebat ya saya saat itu, berani berbisnis padahal masih sd tanpa bimbingan dan bantuan orang dewasa. Bahkan orang tua saya tidak tahu kegiatan saya tersebut. Sedangkan orang tua teman saya hanya mengetahui sedikit saja kegiatan kami. Hanya saja yang diketahui kami menumpuk buku2 setiap sore ketika saya mau pulang.
Saya sendiri sudah lupa kenapa lalu kami berhenti usaha itu, berapa keuntungan kami dan apa saja koleksi buku dan majalah kami.
Namanya juga anak anak, kami memang tidak terlalu memikirkan keuntungan, bisa beli majalah atau buku bekas lagi saja kami sudah senang sekali. Bangga betul kalau kami berangkat ke pasar dan memilih milih majalah bekas yang sebenarnya akan dijual kepedagang sayur untuk bungkus cabe ( hahahaha).
Oh iya saya kasih tahu ya, majalah yang saya beli itu terutama majalah bobo dan komik komik bekas yang wajahnya sudah tidak terlalu bagus, tapi masih bisa dibaca.
Jadi bukan buku bekas sebenarnya ya... Tapi komik bekas....
Naaah, sampai saat ini masih terngiang ngiang saja usaha saya itu dulu, walaupun... Saya sudah lupa mengapa saya bisa memulai usaha itu dulu, saya bahkan lupa partner saya dalam usaha itu, siapa namanya ya, kenapa saya bisa dekat dengan dia?.
Mungkin usaha itu berhenti seiring penyakit magh saya yang parah, makanya saya dilarang keluar sejak itu....
Mah... Boleh ya dirintis lagi usahanya?
Boleh lah jangan tanya mamah lagi lah....
mbo tanyao sama  husband mu dan anak-anakmu ituuuu.

KRL - MRT BNI Sudirman fatmawati

 Beberapa kali naik krl lanjut mrt, dr stasiun Sudirman jurusan akhir Lebak bulus. Walaupun tidak turun di jurusan akhir, tetapi hanya sampa...